Dihadapan umum,Rasullullah SAW., pernah bersabda,”Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintu gerbangnya”. Pernyataan nabi inilah yang menimbulkan hasud atau iri bagi golongan khawarji, yakni golongan yang memisahkan diri dari faham Sayyidina Ali.
Mereka meragukan kearifan Sayyidina Ali dan ingin melakukan tes dengan cara mengumpulkan orang - orang terkemuka.Kepada Sayyidina Ali masing - masing tokoh itu mengajukan beberapa masalah. seorang diantaranya bertanya,” Hai Ali, utama mana ilmu dengan harta?”.
“Ilmu lebih utama daripada harta”, Jawab Ali.
“Dengan dasar apa anda berkata begitu?”.
“Ilmu adalah pusaka para nabi, sedang harta adalah pusaka karun ,sadad, Fir’aun, dan lain - lain.”jawabnya.
Maka orang kedua bertanya kepada Ali dengan pertanyaan serupa. Jawab Ali berbeda,”Ilmu lebih utama daripada harta”, Jawab Ali.
“Apa dasar anda?”, tanyanya lagi.
“Ilmu itu menjagamu, tetapi harta malah enkau yang harus menjaganya”.
Kepada orang ketiga, Ali juga menjawab serupa, tetapi alasannya berbeda,”Harta itu jika engkau tassarufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tassarufkan malah bertambah.”, Jawab Ali penuh kearifan.
Jawaban Sayyidina Ali tentang keutamaan ilmu dari pada harta kepada penanya ke empat berbeda lagi. “Pemilik harta disebut dengan nama bahil dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan”, jawab Ali.
Kini apa jawab Ali kepada penanya kelima,”Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedang pemilik imu temannya banyak”, Jawabnya.
Kepada penanya keenam dari pemuka golongan Khawarij itu, Sayyidina menjawab pertanyaan serupa dengan kalimat lain,” Ilmu lebih utama daripada harta karena harta harus dijaga dari pencuri sedang ilmu tidak perlu”.
Akan kujawab
“Ilmu itu menjagamu, tetapi harta malah enkau yang harus menjaganya”.
Kepada orang ketiga, Ali juga menjawab serupa, tetapi alasannya berbeda,”Harta itu jika engkau tassarufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tassarufkan malah bertambah.”, Jawab Ali penuh kearifan.
Jawaban Sayyidina Ali tentang keutamaan ilmu dari pada harta kepada penanya ke empat berbeda lagi. “Pemilik harta disebut dengan nama bahil dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut dengan nama keagungan dan kemuliaan”, jawab Ali.
Kini apa jawab Ali kepada penanya kelima,”Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedang pemilik imu temannya banyak”, Jawabnya.
Kepada penanya keenam dari pemuka golongan Khawarij itu, Sayyidina menjawab pertanyaan serupa dengan kalimat lain,” Ilmu lebih utama daripada harta karena harta harus dijaga dari pencuri sedang ilmu tidak perlu”.
Akan kujawab
Kearifan sayyidina Ali yang disebut sebagai pintu gerbang ilmu itu tampak pula pada jawaban yang diberikan kepada penanya ketujuh,”Ilmu lebih utama daripada harta karena di Akhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedang orang berilmu akan memperoleh sya’faat”.
Ditanyai tentang dasar apa yang menyebutkan ilmu lebih utama dibandingkan dengan harta, kepada penanya kedelapan Ali mengatakan,” Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman.” jawabnya.
Kepada penanya kesembilan Ali menjawabnya,” Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya”.
Datang lagi penanya kesepuluh juga menanyakan serupa dengan sembilan penanya terdahulu.
” Ilmu lebih utama dari pada harta,” kata Ali.
“Apa dasar anda berkata begitu”. Tanya mereka.
“pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya”. Begitu jawaban Ali kepada sepuluh penanya dari golongan khawarij yang menjajal kedalam ilmunya. “Jika mereka menanyakan lagi tentang itu, akan kujawab dengan jawaban yang berbeda pula selama aku masih hidup,” tandasnya.
Dengan jawaban Ali kepada sepuluh penanya ini, mereka mengakui kearifan Sayyidina Ali dan kemudian menyatakan diri mengikuti Sayyidina Ali.
Reference:(Najieh, Achmad. 50 Kisah nyata: mengungkap kisah - kisah hikmah terpendam. Pustaka Progressif, Surabaya, 1991:66-68.)
Ditanyai tentang dasar apa yang menyebutkan ilmu lebih utama dibandingkan dengan harta, kepada penanya kedelapan Ali mengatakan,” Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman.” jawabnya.
Kepada penanya kesembilan Ali menjawabnya,” Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya”.
Datang lagi penanya kesepuluh juga menanyakan serupa dengan sembilan penanya terdahulu.
” Ilmu lebih utama dari pada harta,” kata Ali.
“Apa dasar anda berkata begitu”. Tanya mereka.
“pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya”. Begitu jawaban Ali kepada sepuluh penanya dari golongan khawarij yang menjajal kedalam ilmunya. “Jika mereka menanyakan lagi tentang itu, akan kujawab dengan jawaban yang berbeda pula selama aku masih hidup,” tandasnya.
Dengan jawaban Ali kepada sepuluh penanya ini, mereka mengakui kearifan Sayyidina Ali dan kemudian menyatakan diri mengikuti Sayyidina Ali.
Reference:(Najieh, Achmad. 50 Kisah nyata: mengungkap kisah - kisah hikmah terpendam. Pustaka Progressif, Surabaya, 1991:66-68.)
No comments:
Post a Comment